Perkuat Hubungan dengan Indonesia, AS Tawarkan Bantuan Laut Natuna

Perkuat Hubungan dengan Indonesia, AS Tawarkan Bantuan Laut Natuna
Perkuat Hubungan dengan Indonesia, AS Tawarkan Bantuan Laut Natuna • mmp

Selecta News- Indonesia mengatakan pada Selasa (23/1), bahwa pihaknya menaruh harapannya pada Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis, untuk membantu meringankan batasan Amerika terkait hubungan dengan unit pasukan khusus elit Indonesia, yang diberlakukan atas pelanggaran hak asasi manusia di tahun 1990-an.

Amerika Serikat mengumumkan pada tahun 2010 bahwa mereka telah mencabut larangan langsung terhadap kontak militer AS dengan unit pasukan khusus Indonesia, yang dikenal sebagai Kopassus, yang dituduh melakukan pelanggaran hak di Timor Leste, di saat Timor Leste bersiap-siap untuk merdeka dari Indonesia.

Namun, pembatasan hukum tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa militer AS tidak terlibat dengan pelaku pelanggaran hak asasi manusia, dan mencegah kontak dengan Kopassus agar tidak melampaui tingkat awal, kata para pejabat AS.

“Untuk sementara terdapat sanksi terhadap Kopassus… (Mattis) akan mencoba untuk menghapusnya,” ujar Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu kepada para wartawan di Jakarta, setelah melakukan pembicaraan dengan kepala pertahanan AS.

“Salah satu sanksinya jelas bahwa mereka tidak diizinkan pergi ke Amerika. Mereka tidak bisa melakukan latihan bersama, dan Mattis akan membuka kembali hal ini.”

Mattis berharap bisa memperdalam hubungan pertahanan dengan Indonesia, tapi dia tidak secara langsung menyebut Kopassus dalam sambutannya kepada pers setelah melakukan pembicaraan dengan Ryacudu di Jakarta.

Para pejabat AS mengatakan kepada para wartawan yang pergi bersama Mattis, bahwa mereka sedang menelaah cara-cara yang mungkin dilakukan untuk memperluas kontak dengan Kopassus, sambil tetap mematuhi undang-undang AS.

LAUT NATUNA UTARA

Kunjungan Mattis dilakukan di saat Indonesia—yang merupakan sebuah negara kepulauan yang luas, dengan 17 ribu pulau—tampaknya semakin siap untuk menegaskan kedaulatannya di Laut China Selatan yang diperebutkan.

Indonesia telah bentrok dengan China mengenai hak penangkapan ikan di sekitar Kepulauan Natuna, menahan nelayan China, dan memperluas kehadiran militernya di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Pada bulan Juli, Indonesia mengganti nama bagian utara dari zona ekonomi eksklusifnya di Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara—sebuah langkah yang dipandang sebagai tindakan perlawanan yang signifikan terhadap ambisi teritorial China di Laut China Selatan.

Mattis menggunakan pemberian nama Indonesia untuk jalur air tersebut, ketika ia memuji jangkauan maritim strategis Indonesia, dan menyebut negara ini “sebagai poros maritim di wilayah Indo-Pasifik.”

“Itu sangat penting,” kata Mattis tentang Indonesia. “Kami dapat membantu menjaga kesadaran wilayah maritim di Laut China Selatan, Laut Natuna Utara. Ini adalah sesuatu yang kami harapkan bisa kami lakukan.”

Amerika Serikat adalah salah satu pemasok senjata utama di Indonesia, dan baru-baru ini memberikan helikopter Apache Boeing dan 24 jet tempur F-16 milik Lockheed Martin. Tapi Indonesia juga membeli senjata dari lawan-lawan AS, termasuk Rusia.

Pejabat AS mengatakan bahwa Indonesia meminta penetapan harga untuk 48 pesawat F-16 tambahan—sebuah kesepakatan yang bisa bernilai $4,5 miliar. Tapi Indonesia menolak dilakukannya pembelian segera, dan mengatakan bahwa pihaknya masih mengevaluasi berapa banyak pesawat yang dibutuhkannya.

Ryacudu mengatakan bahwa Indonesia akan membeli persenjataan saat “memiliki uang.”

“Kami baru saja membeli F16 dan yang lainnya. Di masa mendatang pasti akan ada (lebih banyak pembelian) karena, seiring berjalannya waktu, terdapat hal-hal yang harus diganti,” katanya.(sn/mmp)

Barrier Gate

Berita Terkait